Cinta Kasih

Wednesday, June 29, 2011

~Tentang CinTaku~

Maaf Tuhan kerna aku terlanjur mencintainya...


Banyak sekali makna yang tersimpan dari kata arti Ketika Cinta Bertasbih...

Ketika cinta bertasbih adalah Lantunan tasbih setiap molekul cahaya bulan meniti arak awan diantara rekah senyum sang bintang, mengangkat ruh-ruh yang meninggalkan sepenggal nafas pada jasad tak bergerak...

Akankah semua ini berakhir indah, seindah nuansa "Ketika Cinta Bertasbih" ketika ia mampu untuk menjalani kehidupan nya dengan penuh cinta kepada MahlukNya dan kecintaan nya kepada Rabb Nya???

Mungkin itu terjadi pada saat orang yang didamba adalah orang yang selalu meluangkan hatinya untuk selalu berdzikir atas Tuhannya, serta dia sendiri adalah orang yang selalu mendekatkan hati dengan Tuhannya serta mendambakan cintanya atas ridho ALLAH baginya...

"dzikir didalam hati tanda nikmat dikedalaman sanubari jiwa seakan terbang menerawang langit-langit batas alam fikiran, kata-kata serupa menghilangkan asa yang terangkum pada rasa. Kuasa Sang Pencipta adalah akhir dari semua tanya..."

Tetaplah indah...
Seperti indahnya "Pelangi" dihatimu...

 

Kala sang alam mulai terlelap, Hening terasa tiada terucap suatu kata,
Terlihat kerlip lembut bintang disana,Membuat rindu ini semakin merona...
Kutermangu dalam kesunyian, Tenggelam dalam kebisuan, Desir sang udara
mengusap wajah berikan ketenangan, Parasmu jelas tergambar di pelupuk mata...
Ingin kurengkuh sosok bayanganmu,,,
Namun bayangan hanyalah bayangan, Kurasakan kebekuan menyusup setiap jengkal aliran redakan segala sesak, Saat kutatap Sang rembulan, Hatiku berbisik “aku rindu dia,
Akankah dia tahu aku merindukannya ???”

Tanpa sadar setitik air mata jatuh mengiring kerinduan yang tak tertahankan lagi... Kembali ku berbisik lirih dengan kepala tertunduk “aku sayang dia, aku rindu dia...”

Oh Tuhan…
Aku amat merindukannya... Nuansa hati selalu berubah tanpa batas,
Waktu menelusuri keasingan dalam lembah yg semu,
Seluruh penghuni alam berdzikir tanpa rasa jemu...
Namun ketika Hatinya yang dipenuhi gelora cinta
terus ia paksa untuk menepis noda‐noda nafsu.
Anehnya, semakin ia meratap embun‐embun, cinta itu semakin deras mengalir.
Rasa cintanya pada Tuhan. Rasa takut akan azabNya.
Rasa rindunya pada Tuhan. Dan rasa tidak ingin kehilanganNYA.
Semua bercampur dan mengalir sedemikian hebat dalam relung hatinya.
Dalam puncak munajatNYA...



 



Aku mencintaimu seperti bumi
Mencintai titah Tuhannya,
Tak pernah lelah menanggung beban derita...
Tak pernah lelah menghisap luka...

Aku mencintaimu seperti matahari
Mencintai titah Tuhannya,
Tak pernah lelah membagi cerah cahaya...
Tak pernah lelah menghangatkan jiwa...

Aku mencintaimu seperti air
Mencintai titah Tuhannya,
Tak pernah lelah membersihkan lara...
Tak pernah lelah menyejukkan dahaga...

Aku Mencintaimu seperti bunga
Mencintai titah Tuhannya,
Tak pernah lelah mengharumkan mekar aroma bahagia...
Tak pernah lelah meneduhkan gelisah yang nyala...


 

Aku tak kuasa menahan sedih dan air mataku, Aku tak kuasa menahan rasa sedih yang berselimut rasa cinta dan sayang padanya. Ingin kupegang tangannya dan kuciumi. Ingin kupegang keningnya yang hangat.
Aku ingin mengatakan aku cinta padanya. Tapi entah kenapa melihat sorot matanya yang bening aku tidak berani mengatakannya.

 
Tenggorokanku tercekat, Mulutku terkunci hanya hati yang berbicara tanpa suara. Tapi aku berjanji akan mencari waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya padanya. Aku ingin menikah dengannya. Ingin menjadikannya imam hanya untukku... Dan aku akan mengikuti semua keinginannya...



C.I.N.T.A ADALAH ANUGRAH, PELIHARALAH IA SEMENTARA KITA MASIH MERASAI KEUJUDANNYA...

No comments:

Post a Comment