Cinta Kasih

Thursday, December 20, 2012

Irama Rerintik Sang Hujan..







Menurut hatiku hujan itu hangat, dimana ia boleh berteduh dalam deras hujan yang membasahi sekujur inci tubuh ini, berteduh dari deras air mata yang mengalir seirama dengan musik hujan. “muzik rintik-rintik ini halus sekali” bisik jiwaku kala itu, “menghadirkan pesona kerinduan tak terbantahkan”. Terkadang aku melihat hujan itu berwana hijau, lain waktu merahnya hujan menyala dalam mata ini, pagi itu hujan diwarnai menjadi biru damai…ochhh indahh..

Ketika aku merenungi rintik hujan yang menderas pagi itu, akupun menuliskannya…
Proses apa yang sudah kau lalui hujan ?








Hingga kau begitu indahnya membasuh bumi yang “kering” dan menyedihkan ini ?
Mereka marah, gelisah, bahkan benci ketika kau turun dengan teramat derasnya…
Menghentikan sejenak riuh gaduh rencana mereka,
Mereka membagi amarah sejauh angin berhembus

Aku sedih…

jika kau mendengarnya atau membacanya…

Namun kau tetap berbagi kasih airmu

Kau tumpahkan laut di atas sana dengan begitu mempesonanya

Tercurah kesejahteraan untuk kehidupan di bumi

Aku pernah melihat awan hitam bergulung-gulung tebal

Mengabarkan pesona hujan yang akan segera membumi…

Namun sungguh sayang, hujan hanya merintik serintik

Tak banyak…

Tak sebanyak petir yang menyambar kesana kemari

Padahal bumi sudah terlampau kering saat itu…

Aku tahu, kau hanya ingin menguji kami

Sebahagian kami tetap bersyukur karena rindunya pada hujan terpenuhi

Walau hanya wangi hujan yang teraroma,

Walau hanya rintik halusnya yang bercerita tentang hujan yang juga merindukan bumi…

Namun sebahagian dari kami menyulutkan emosi hingga ke kepala

Memaki khabar hujan deras yang akan menunda kehadiran mereka di tempat tujuan

Hanya karena awan bergulung-gulung itu hadir lima minit sebelum jam pulang mereka

Ya, Jakarta sore, aku akan pulang Jumaat nanti ke bumi Malaysia, dan  hujan deras…

Terbayang berduyun-duyun kendaraan akan menampilkan tingkat pengendalian diri sang pengemudi

mendesak, melesak ke sana ke mari demi celah…

pulang !







Pada waktu yang lain

Hujan deras turun dengan cerianya

Mengisi senyum-senyum manis yang tulusnya terpancar binar matanya

~si Kecil iseng menjerit dengan mulut mungilnya mencari sesuap nasi di kota ini..

“ Mba… payungnya mba…. Biar gak basah… “

“ Om.. payungnya Om.. biar tetep ganteng…”

“ Kak.. payungnya Kak… biar gak lecek… “

Dalam pandanganku mereka bocah-bocah manis sekali

Dengan payung yang sungguh jauh lebih besar dari tubuh mungil itu

Berlari kesana kemari menawarkan teduh payung besar

bagi mereka yang berbaris rapi ketakutan basah

Mataku menangkapnya dari sekian banyak bocah berpayung di sekelilingnya

Bibir kecil itu gemetar mulai kedinginan

Wajahnya mulai pucat

Ia berdiri di tengah hujan deras

Ia tak membawa payung seperti yang lain

Aku tahu ia menangis…

Walau air matanya berpacu dengan derasnya hujan

Aku tahu ia bersembunyi dalam hujan deras…

“kamu kenapa adik kecil ?” tanyaku memayunginya…

Tak menjawabku Ia malah berlari kencang sekali meninggalkanku

Akupun mengikutinya,

Berlari,








Tak peduli dengan payung yang sudah tak sejalan dengan tubuh dan kepala yang seharusnya diteduhi.. Aku sama bermandi hujan..berpeluh kah aku? Atau air mataku juga terjurai?

Aku menutupnya dan terus berlari mengikuti langkah kaki-kaki kecil itu
Iapun berhenti,

Seakan jantungku pun ikut berhenti

Ketika ia menoleh

Bibir kecil itu gemetar, lalu Ia berbicara…

“Ibuku sakit, aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa…

Aku mau cari uang,

Tapi aku tidak punya payung untuk ojek payung…

aku menangis di depan tadi,
bukan pada siapapun,

aku berdoa pada Tuhan agar DIA bersama hujannya yang deras mau membantu Ibuku…
karena Ibuku bilang, hujan itu nikmat Tuhan… “

Kulihat seorang ibu terbaring lemah beralaskan kardus bekas
di depan sebuah toko yang tertutup..

Kolong itu..lusuh...

Kotor sekali sekelilingnya

Wajah itu pucat sekali,

Kisah hujan beragam

Hanya jika aku ingin memahaminya sebagai sebuah kisah berharga

Ia akan tetap berlalu

Menjadi kenangan terbuang

Atau menjadi hikmah yang membantu kehidupan. ( titik @ noktah )..

Hujan…

Pagi ini kau indah sekali

Dengan atau tanpa pelangi mengiringi kepergianmu

Aku tetap merindukan rintikmu, derasmu, aromamu…


Hujan pagi,


20/12/2012...

Aku belajar  tersenyum, menutup lembar buku diary yang sudah nyaris penuh. Aku beranjak dari jendela tempatku melihat hujan, perlahan aku mau berlari dalam hujan lagi..Untuk Tangisan Kesekian kalinya..
Kehidupan berproses, seperti hujan yang kadang menderas, mendesah kadang merintik saja. Hidup tak selamanya duka juga tak selamanya suka…

Hujan akan berhenti,

Badai juga akan berlalu,

Nikmati keadaannya,

Sebentar juga hanya akan menjadi kenangan…

Mari tersenyum :)

Hari-hari yang hebat untuk hati yang sehat ....^________^


~Arora~




C.I.N.T.A ADALAH ANUGRAH, PELIHARALAH IA SEMENTARA KITA MASIH MERASAI KEUJUDANNYA...

No comments:

Post a Comment